Keberagamantingkatan ekonomi di masyarakat harus kita sikapi dengan cara. Sementara perkotaan cenderung 24 jam aktivitas berjalan terus tidak berhenti sehingga hal ini jelas mempengaruhi kehidupan ekonomi kota dan desa. Pada masyarakat pedesaan terdapat kesamaan bahasa kepercayaan adat-istiadat dan perilaku.
Gotong Royong adalah satu buah aktivitas sosial yg jadi ciri khas bangsa Indonesia dari jaman dahulu dikala sampai waktu ini. layaknya yg tertuang dalam pancasila adalah sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”. Tabiat gotong royong yg sudah dipunyai Bangsa Indonesia sejak dulu disaat. Gotong royong ialah keperibadian bangsa & ialah budaya yg sudah berakar kuat dalam kehidupan penduduk. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, prilaku dari penduduk. Rasa kebersamaan ini muncul,dikarenakan adanya sikap sosial tidak dengan pamrih dari masing-masing individu untk menunjang beban yg sedang di Indonesia,kita sanggup menemukan sikap gotong royong ini sebab di negeri lain tak ada sikap ini karena saling acuh tidak acuh kepada lingkungan di sekitarnya. Ini yakni sikap positif yg mesti di lestarikan biar bangsa Indonesia jadi bangsa yg kokoh dan kuat di segala cuma dipedesaan dapat kita jumpai sikap gotong royong,melainkan di daerah perkotaan pula sanggup kita jumpai bersama dengan cara culture,budaya tersebut benar-benar telah di tanamkan sifat ini sejak mungil sampai dewasa. Dikarenakan ini yaitu salah satu cermin yg menciptakan Indonesia bersatu dari sabang sampai merauke, biarpun tidak sama agama, suku dan warna kulit namun kita masih jadi kesatuan yg alah satu budaya bangsa yg menciptakan Indonesia,di puja dan puji oleh bangsa lain lantaran budayanya yg unik dan penuh toleransi antar sesama manusia. Gotong royong merupakan sikap hidup, kiat kerja, & adat yg telah dikenal bangsa Indonesia dengan cara turun-temurun sejak era dulu. Dalam gotong royong, orang menyelesaikan satu buah aktivitas dengan cara bersama-sama bersama saling sharing pekerjaan & saling tolong membantu Dgn bergotong royong, tidak sedikit factor yg sudah dilakukan bangsa kita di musim dulu, mulai sejak dari mendirikan hunian, mengerjakan sawah, menunjang tetangga yg sedang berduka sampai saling bahu membahu berjuang & memproklamasikan kemerdekaan negeri. Bersama bergotong royong, seluruh pekerjaan berat dapat jadi lebih ringan. Kita hidup didunia ini bukan seseorang diri. Yang Merupakan rakyat Indonesia, kita hidup dgn orang lain yang merupakan satu bangsa. Yang Merupakan sesama, bangsa kita miliki maksud yg sama ialah memajukan bangsa ini. Buat mendapatkan maksud tersebut sehingga kita seyogianya senantiasa siap utk bekerja sama bersama semangat gotong royong. Bakal lebih tidak sedikit yg mampu kita capai jika kita laksanakan gotong royong bersama orang lain. Dengan Cara nyata, rutinitas gotong-royong sudah melembaga & mengakar kuat. Ini diwujudkan dalam bermacam macam gerakan keseharian penduduk Indonesia. Khususnya di pedesaan Jawa Barat, praktek gotong-royong, meski condong mengalami penurunan—baik dari segi pandang lingkup kegiatan ataupun jumlah orang yg terlibat—secara umum tetap meraih apresiasi positif dari masyarakat warga. Factor ini tampaknya pun dipengaruhi oleh salah satu karakteristik kusus, merupakan keeratan jalinan sosial yg dipunyai oleh penduduk Jawa. Kegiatan gotong-royong dalam beragam dimensinya memberikan implikasi semangat & value utk saling memberikan jaminan self-guarantying atas hak & kelangsungan hidup antarsesama masyarakat warga yg tetap melekat lumayan kuat di pedesaan. Perihal ini bisa juga diacu sbg salah satu taktik tradisional Sample aktivitas yg sanggup dilakukan dengan cara bergotong royong antara lain pembangunan sarana umum & membersihkan lingkungan lebih kurang. Sikap gotong royong itu selayaknya dipunyai oleh seluruhnya factor atau lapisan warga yg ada di Kota Bulukumba. Dikarenakan, dgn adanya kesadaran tiap-tiap aspek atau lapisan warga laksanakan tiap-tiap aktivitas secara bergotong royong. Dgn begitu segala sesuatu yg dapat dikerjakan akan lebih enteng & serta-merta diselesaikan & tentunya pembangunan di daerah tersebut bakal makin tidak tersendat & maju. Bukan itu saja, tapi dgn adanya kesadaran tiap-tiap factor atau lapisan penduduk dalam mengaplikasikan tingkah laku gotong royong sehingga pertalian persaudaraan atau silaturahim bakal makin erat. Di Bandingkan bersama kiat individualisme yg mementingkan diri sendiri sehingga bakal memperlambat pembangunan di satu buah daerah. Lantaran individualisme itu akan memunculkan keserakahan & kesenjangan diantara penduduk di kota tersebut. Sifat gotong royong di daerah pedesaan lebih menonjol dalam polakehidupan mereka, seperti memperbaiki & membersihkan jalan, atau membangun/ emperbaiki di daerah perkotaan gotong royong bisa dijumpai dalam aktivitas kerja bakti di RT/RW, di sekolah & bahkan di kantor-kantor, contohnya terhadap dikala memperingati hari-hari akbar nasional & keagamaan, mereka bekerja tidak dengan imbalan jasa, dikarenakan demi kebutuhan dengan. Dari sini timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong mempermudah maka akan terbina rasa kesatuan & persatuan Nasional. Semangat gotong royong didorong oleh a. bahwa manusia tak hidup sendiri melainkan hidup dgn dgn orang lain atau lingkungan sosial; b. terhadap dasarnya manusia itu tergantung terhadap manusia yang lain; c. manusia butuh menjaga jalinan baik bersama sesamanya; & d. manusia butuh menyesuaikan dia dgn anggota penduduk yg lain Referensi dari berbagai sumber.
TNIDan Masyarakat Desa Gantung Isi Kegiatan Ramadhan Dengan Gotong Royong - Kodam II/Sriwijaya - TNI Angkatan Darat. Anggota Koramil 0414-03/Gantung melaksanakan gotong royong bersama masyarakat di Danau Nunjau, Minggu (28/06). Dalam pidato pengukuhan guru besarnya pada Rabu 1/3/2023 di Balai Sidang, Kampus UI Depok, Prof Ir Antony Sihombing, MPD, PhD, menyampaikan rangkaian catatan perjalanan panjangnya dalam menelusuri dua bentuk permukiman yang kontras, yaitu di perkotaan dan di perdesaaan. Melalui pembahasan kedua bentuk permukiman ini, ia mencoba mengkaji bertahannya resilience permukiman ini di tengah kemajuan kota yang semakin modern dan canggih. “Dalam perjalanan panjang mengunjungi beberapa kota dan desa, saya melihat potensi pariwisata sangat besar, antara lain pariwisata berbasis kebudayaan, alam, dan arsitektur tradisional. Potensi lain yang akan mendukung pengembangan dan pembangunan semua potensi-potensi tersebut adalah budaya gotong royong. Pemerintah atau lembaga lain yang terkait, perlu juga memberdayakan budaya gotong royong ini untuk membangun daerahnya,” ujar Prof Antony, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia FTUI. Dalam riset yang dilakukan sejak tahun 2000, Prof Antony membedakan antara definisi desa dan kampung. Menurutnya, desa adalah pemukiman tradisional yang tidak padat, yang mayoritas pekerjaan penduduknya di sektor agrikultur. Sementara itu, kampung adalah permukiman tradisional yang padat penduduknya, di tengah kota urban settlement yang mayoritas pekerjaan warganya di sektor informal, seperti pedagang kaki lima, pedagang gerobak, tukang kebun, tukang parkir, asisten rumah tangga, pramu kantor, dan masih banyak yang tidak memiliki pekerjaan menetap atau serabutan. Lebih lanjut Prof Antony menyampaikan, berbagai daerah di Indonesia khususnya kota-kota kecil yang mayoritas warganya bekerja di sektor agrikultur, gagasan gotong royong lebih banyak digunakan dalam kegiatan pertanian, mengolah sawah, dan ladang. Seperti marsirimpa/ marsiadapati/ marsiurupan di suku Batak, hampir sama dengan Ngayah Bali, Baugingan atau Baarian Kalimantan Selatan, Belale di Sambas dan Paleo di Krayan Kalimantan Timur. Mulanya, konsep gotong royong pada daerah tersebut memang lebih banyak dilakukan dalam hal bekerja sama mengolah sawah dan kebun. Kemudian, gotong royong berkembang menjadi kerja sama tolong menolong di bidang yang lain, seperti membangun rumah, membangun irigasi, sumber air, bencana alam, dan kebutuhan bersama lainnya. Dok. Humas Universitas Indonesia Selain itu, gotong royong menjadi kunci dalam penataan dan pembangunan desa-desa di daerah-daerah yang rawan bencana, seperti di dataran tinggi, di tepi pantai, tepi danau, di tepi sungai dan lain-lain. “Salah satu contoh adalah desa yang terletak di kaki Gunung Sumbing di ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut, yaitu desa Dusun Butuh atau yang lebih dikenal sebagai Nepal van Java, kabupaten Magelang. Semua rumah-rumah dan fasilitas umum lainnya dibangun di lereng yang sangat curam. Setiap rumah berada di atas atau di bawah rumah lainnya. Jalan setapak yang sempit yang hanya dapat dilalui motor berfungsi juga sebagai teras rumah-rumah. Desa ini direncanakan dan dibangun dengan pengetahuan kearifan lokal dan gotong royong warga yang diwariskan secara turun temurun,” kata Prof Antony. Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro tersebut disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube Universitas Indonesia dan UI Teve. Pada prosesi ini turut dihadiri Staf Khusus Kantor Staf Presiden, Ir Arief Budhy Hardono; Wakil Walikota Depok, Ir Imam Budi Hartono, MSi.; Scholarship Team Coordinator Nuffic Nesso Indonesia, Ir Indy Hardono, MBA; Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia ILUNI UI Periode 2022–2025, Dr Ir Didit Hidayat A Ratam, MBA.; Wakil Rektor IV Bidang Penelitian dan Kemahasiswaan Telkom University Bandung, Dr Ir Rina Pudjiastuti, MT.; dan Kapusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan RI, Brigadir Jenderal TNI Ketut Gede Wetan Pastia, SE. Prof Antony berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik UI, pada 1984. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan magister dan doktornya di The University of Melbourne, Australia dengan gelar Master of Planning and Design, Faculty of Architecture, Planning, and Building 1997 dan Philosophy of Doctor in Urban Planning and Design, Faculty of Architecture, Planning and Building 2005. Beberapa karya ilmiahnya dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya Houses With Permeable Walls, A Case Study from Kampong Kwitang, Centra Jakarta, The International Journal of Design in Sociaty 2022, Combinatory Spatial Strategis in Home-based Enterprises in Kampung Muka, North Jakarta, The International Journal of Architectonic, Spatial, and Environmental Design 2022, Accessibilty and Permeability in Transit Area. Case Study in Jakarta-Depok Train Station, EVERGREEN Joint Journal of Novel Carbon Resource Sciences & Green Asia Strategy 2022, Avoiding Jakarta The Housing Preferences Trend of Low-income People in the Suburban Greater Jakarta Metropolitan Area, The International Journal of Design in Sociaty 2002, dan The Role of Millennial Urban Lifestyles in the Transformation of Kampung Kota in Indonesia, Environment and Urbanization ASIA 2020.Pandeglangkompak gotong royong secara swadaya di tiga titik jalan yang berlubang melakukan pengecoran jalan Poros Desa dan Poros Kabupaten penghubung antar kampung dan penghubung antar Desa Citaman Jayamekar. 13/5/2023. Gotong royong tersebut di Gagas oleh kepala Desa Citaman A Ruyani dan BPD Desa Citaman serta LPM, RT/Rw se desa CitamanKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penduduk Indonesia dikenal sebagai penduduk yang ramah di mata bangsa lain. Di samping itu juga, Indonesia terkenal dengan budaya gotong royong, khususnya di pedesaan. Budaya gotong royong sangat kental dengan masyarakat desa. Gotong royong solidaritas sosial merupakan bentuk kepedulian atau keprihatinan seseorang terhadap orang lain, sehingga ia rela memberikan waktu, tenaga atau pikirannya untuk orang lain. Budaya inilah yang masih dipegang oleh masyarakat desa di Indonesia pada umumnya. Sebagai contoh, di desa tempat saya berasal Bumi Pajo, Donggo-Bima.Biasanya, ketika ada salah satu tetangga yang sedang membuat/membangun rumah sebagai tempat tinggal, pasti tetangga-tetangga di sekitarnya tidak tinggal diam. Mereka berbondong-bondong datang untuk membantu mulai dari anak-anak sampai orang tua. Mereka akan membantu dan tidak mengharapkan upah sama sekali. Singkatnya, jika terdapat suatu kegiatan yang diadakan oleh si A misalnya, yang lainnya turut serta untuk membantunya. Entah itu membantu dengan materi, pikiran, maupun tenaganya. Sungguh, mulia hati mereka. Mau membantu dan berbagi antar lain, ketika ingin membangun/merenovasi tempat ibadah. Yang terlihat adalah semangat mereka untuk bekerja sangat luar biasa. Mulai dari anak-anak sampai orang tua semuanya pasti ikut terlibat. Bahkan, yang membuat saya bangga terhadap kebiasaan masyarakat desa adalah para perempuan juga ikut andil. Remaja putri dan ibu-ibu, biasanya menyediakan makanan untuk para lelaki yang bekerja tersebut. Namun, ada juga yang membantu mengangkut pasir, batu bata, dan bahan materil lainnnya. Dengan adanya budaya gotong royong ini, maka hubungan persaudaraan dan kekeluargaan di antara mereka pun semakin terjalin harmonis. Saya membayangkan, bagaimana seandainya kebiasaan-kebiasaan tersebut dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tak terkecuali masyarakat kota karena memang budaya gotong royong di masyarakat kota sekarang kelihatannya sudah mulai luntur. Sungguh indah dan bahagia rasanya. Jika hal demikian bisa direalisasikan dan menjadi kebiasaan, maka bisa jadi gejala-gejala, seperti kekerasan, sikap apatis acuh tak acuh, siapa lho siapa gue, dan lainnya bisa diminimalisir bahkan mungkin tidak ada. Dalam ajaran Islam bahwa sikap seperti ini, sebenarnya telah dianjurkan. Islam mengajarkan, agar setiap manusia untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Hal demikian, jelas sekali diterangkan dalam Surat Al-Maidah, ayat 2, sebagai berikut "Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." Sungguh ajaran yang secara pribadi, saya berharap semoga desa mampu menjadi penjaga pilar kejayaan Pancasila dengan tetap menjaga semangat kegotong-royongan di dalam kehidupan bermasyarakatan yang sekarang sudah masuk era a' Gunawan Lihat Humaniora Selengkapnya .